Mengajarkan Anak Mengambil Keputusan

“Bunda, aku pakai baju yang ini atau yang itu, ya?”. Pertanyaan sederhana seperti ini bisa jadi pintu masuk untuk melatih anak agar terbiasa berpikir, memilih, dan akhirnya mengambil keputusan. Namun, yang sering terjadi justru sebaliknya—orang tua yang langsung menentukan segalanya untuk anak. Dari pakaian yang dikenakan, makanan yang dimakan, sampai kegiatan yang harus dilakukan. Akibatnya, anak kehilangan kesempatan berharga untuk mengasah kemampuan berpikir kritisnya sejak dini.

Inilah salah satu pesan penting dalam Parenting Akbar bersama Elly Risman yang digelar pada Sabtu, 20 September 2025. Dalam materinya, Bunda Elly mengingatkan bahwa proses pengambilan keputusan tidak selalu harus dimulai dari hal-hal besar. Justru, latihan terbaik berawal dari keseharian yang sederhana.

Perbanyak Pertanyaan, Kurangi Perintah

“Kalau kita terus memilihkan untuk anak, ia akan melewatkan proses berpikir. Padahal, proses itulah yang membentuk kemandirian,” ujar Bunda Elly.

Salah satu cara paling mudah adalah memperbanyak kalimat tanya sepanjang hari. Pertanyaan seperti “Menurut kamu, enaknya pakai baju yang mana?” atau “Kalau main dulu sebelum makan, apa yang terjadi, ya?” akan melatih anak memahami sebab-akibat dan menimbang pilihan.

Di sinilah peran orang tua bukan sebagai pengendali, melainkan supervisor. Tugasnya bukan mengatur, tetapi mendampingi. Cukup menjelaskan konsekuensi logis, alami, atau spiritual dari sebuah keputusan. Misalnya, “Kalau tidak makan, tubuh bisa sakit,” atau “Kalau tidur larut, besok bangun jadi lemas.” Dengan begitu, anak belajar bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi.

Delapan Langkah Pengasuhan

Bunda Elly juga merinci delapan langkah penting untuk membangun kemampuan anak dalam berpikir dan mengambil keputusan. Menariknya, langkah-langkah ini bukan hanya soal anak, melainkan juga refleksi mendalam bagi orang tua:

  1. Memahami diri sendiri sebagai orang tua. Sudahkah kita sungguh-sungguh siap menjadi orang tua, bukan sekadar siap menikah?
  2. Menentukan tujuan pengasuhan bersama pasangan. Jangan hanya meniru pola asuh orang tua kita dulu. Setiap zaman punya tantangan berbeda.
  3. Memahami tahapan perkembangan anak. Anak perlu tumbuh sesuai fasenya, jangan dipaksa melampaui usianya.
  4. Mendorong kemandirian anak. Kemandirian tidak muncul tiba-tiba, melainkan harus dilatih sejak kecil.
  5. Membiarkan anak memilih. Dari memilih baju hingga menentukan minat belajar, biarkan anak punya suara.
  6. Bekerja sama dalam pengasuhan. Ayah dan ibu harus sejalan, bukan berjalan sendiri-sendiri.
  7. Mendengarkan perasaan anak. Anak membutuhkan ruang aman untuk didengar, bukan sekadar diarahkan.
  8. Menghindari 12 gaya populer dalam mendidik. Seperti memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi label, mengancam, menasihati berlebihan, membohongi, menghibur secara dangkal, mengkritik, menyindir, hingga menganalisis berlebihan.

Menurut Bunda Elly, gaya pengasuhan yang menekan hanya akan membuat anak mencari jalan lain untuk merasa didengar.

Belajar dari Hal Sepele: Memilih Baju

Mungkin terdengar sepele, tetapi membiarkan anak memilih baju bisa menjadi latihan penting. Dari sini, anak belajar menimbang kenyamanan, cuaca, hingga kecocokan dengan kegiatan hari itu. Orang tua cukup memberi batasan wajar—misalnya dua atau tiga pilihan—agar anak tidak bingung.

Acara semakin menarik saat sesi tanya jawab dibuka. Salah satu peserta bertanya, bagaimana untuk memperbaiki keterlambatan atau kesalahan cara-cara pengasuhan yang terlewatkan di fase perkembangan anak?

Bunda Elly menjelaskan bahwa wajar sekali itu terjadi lalu hal yang bisa dilakukan adalah menurunkan ego untuk berbicara dengan pasangan dan juga mengakui bersama di depan anak kesalahan kita. Karena terkadang kita sulit sekali mengakui kesalahan di depan anak kita.

Testimoni Peserta: Tersadar dan Tersentuh

Rere, orang tua murid SMP:
“Saya jadi sadar dan mendapatkan banyak insight selama sesi materi. Adapun yang membuat saya tersadar adalah membiarkan ia memilih baju saja bisa jadi latihan penting.”

Shafira, Orang tua toodler:
“Yang paling membuka mata adalah tentang 12 gaya populer itu. Saya kira menasihati selalu baik, ternyata kalau berlebihan justru bisa melukai kepercayaan diri anak.”

Testimoni Panitia, Mendapatkan respon positif

Niswah, Panitia Parenting Akbar
“Parenting Akbar kali ini menghadirkan Ibu Elly Risman dengan tema Cara Mengambil Keputusan untuk Anak. Materi sederhana namun penting ini mendapat respon positif dari para orang tua, karena menekankan pentingnya melatih anak untuk berpikir, memilih, dan mengambil keputusan (BMM) sejak dini. Proses ini memang panjang, namun dengan bimbingan dan pendampingan orang tua, langkah kecil hari ini akan berdampak besar bagi perkembangan anak di masa depan.”

Cerita Seru di Balik Parenting Akbar

Tidak hanya orang tua yang mendapatkan pengalaman berharga dari Parenting Akbar 2025, para siswa yang turut tampil pun merasakan kesan yang mendalam.

Majesti Raesha Putri (Grade 6) menceritakan betapa berkesannya pengalaman tampil di acara ini.
“Seru banget! Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan, dan yang paling menyenangkan adalah bisa menambah banyak teman baru,” ungkap Raesha dengan penuh semangat.

Sementara itu, Fadhlan Ahmad D (Grade X) menuturkan pengalamannya dari sisi yang lebih reflektif.
“Seru, banyak kenalan baru yang asik dan lucu. Dari sini saya mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran baru. Saya juga jadi lebih mengenal kembali Tunas Unggul, dan menyadari betapa pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak-anaknya.”

Kesan-kesan ini menjadi bukti bahwa Parenting Akbar tidak hanya bermakna bagi orang tua, tetapi juga menghadirkan ruang belajar, kebersamaan, dan pengalaman berharga bagi siswa yang terlibat.

Hadir Sepenuh Hati

Pada akhirnya, inti dari pengasuhan adalah kehadiran orang tua yang penuh kesadaran. Anak tidak membutuhkan orang tua sempurna, melainkan orang tua yang mau terus belajar, mendengarkan, dan memberi ruang bagi anak untuk tumbuh.

“Anak yang terbiasa berpikir sejak dini akan lebih siap menghadapi tantangan hidup di masa depan,” tutup Bunda Elly.

Parenting bukan sekadar membuat anak patuh. Lebih dari itu, parenting adalah mendidik agar anak kelak mampu berdiri tegak, percaya diri dengan pilihannya, dan bijak menghadapi konsekuensinya.

Next Post