Membangun Guru Sebagai Uswah Bentuk Upaya Nyata Sekolah Tunas Unggul dalam Reformasi Pendidikan

Sekolah Tunas Unggul  terus berinovasi dalam membina mutu sumber daya manusia, khususnya di kalangan pendidik. Salah satu upaya konkret yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan Kajian Rutin Bulanan guna membangun budaya pendidikan yang berbasis akhlak dan keteladanan.

Pada Sabtu, 17 Mei 2025, bertempat di Masjid Ar-Raudhah Tunas Unggul, kajian bertema “Guru sebagai Uswah Menanamkan Etika Melalui Teladan Bukan Hanya Retorika” menghadirkan Ustadz H. Irwan Kurniawan, Lc, Dipl. Ed. Dalam penyampaiannya, Ustadz Irwan mengangkat isu krusial mengenai krisis adab yang semakin mengkhawatirkan di dunia pendidikan. Ia menyoroti meningkatnya kasus perundungan, kekerasan verbal, hingga menurunnya rasa hormat siswa terhadap guru sebagai gejala dari hilangnya keteladanan yang seharusnya menjadi ruh pendidikan.

Ustadz Irwan menegaskan bahwa pendidikan karakter tidak cukup disampaikan melalui lisan atau instruksi, tetapi harus dihidupkan melalui contoh nyata yang diteladani. Dalam Islam, teladan sempurna disebut uswah, yakni sosok panutan yang tidak hanya mengajarkan nilai-nilai kebaikan, tetapi juga menjalaninya secara konsisten. Uswah bukan sekadar “mengatakan yang baik”, tapi menunjukkan dengan tindakan yang autentik. Inilah yang dilakukan oleh para nabi, seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW, yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai uswatun hasanah.

Sebuah kalimat tajam disampaikan oleh sang narasumber dan menjadi renungan mendalam bagi para peserta kajian:
“Seorang guru yang hanya menyampaikan ilmu tanpa menunjukkan akhlak yang baik ibarat obor yang terang, tetapi membakar dirinya sendiri.”

Guru, dalam konteks ini, tidak cukup hanya menguasai materi atau metode pengajaran. Jiwa, semangat, dan akhlaknya menjadi penentu utama keberhasilan pendidikan. Ulama salaf bahkan menyebutkan bahwa ilmu tanpa adab adalah kehampaan. Guru yang tidak menjaga adab akan kehilangan wibawanya di hadapan murid, dan kehilangan pengaruh dalam proses pembentukan karakter peserta didik.

Kajian ini menjadi pengingat penting bahwa reformasi pendidikan sejati tidak bisa hanya dimulai dari sistem, kurikulum, atau teknologi. Perubahan yang berdampak besar justru berawal dari dalam diri guru itu sendiri—dari integritas, keikhlasan, dan kesadaran untuk menjadi teladan hidup bagi generasi yang mereka bimbing.

Kajian bulanan ini, para guru dibekali bukan hanya dengan ilmu, tetapi juga dengan kekuatan spiritual dan moral untuk terus tumbuh dan memimpin dengan keteladanan. Ketika guru menjadi uswah, ruang kelas tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi berubah menjadi ladang subur bagi tumbuhnya generasi berakhlak, berilmu, dan beradab. Inilah komitmen Sekolah Tunas Unggul  dalam membangun peradaban melalui pendidikan yang berakar pada nilai-nilai kebaikan sejati.

Next Post Previous Post